Hukum

Tak Ada Permintaan Visum Jenazah Gung Balang Masih di RSUP Sanglah

966 Views

DENPASAR, OborDewata.com — Dewa Ketut Kresna, Manager Hukum dan Humas RSUP Prof Ngoerah, mengatakan jenazah Anak Agung Sri Agung dan AA Ketut Nengah Agung Setyawan alias Gung Balang tiba di Forensik diantar ambulance PMI pukul 01.40 dan jenazah Gung Balang tiba pukul 01.35 diantar ambulans BPBD, Selasa (24/9/2024).

 

Dimana jasad Gung Balang dan istrinya masih berada di rumah sakit (RSUP Sanglah). Jenazah anggota salah satu Ormas di Bali ini belum diautopsi ataupun divisum.

 

“Kedua jenazah diperiksa luar oleh tim forensik. Belum ada permintaan visum dari kepolisian dan belum ada rencana autopsi,” kata Dewa Kresna, Kamis (26/9/2024).

 

 

Ditanya hasil pemeriksaan luar kedua jenazah, Dewa Kresna mengatakan, tak bisa membeberkan sebab sudah dikantongi oleh kepolisian. “Belum dikasi. Masih di kepolisian,” imbuhnya.

 

Sebelumnya, seorang anggota salah satu Ormas di Bali, Gung Balang dan istrinya ditemukan meninggal dunia.

Gung Balang dan istrinya ditemukan dalam satu rumah di Jalan Kebo Iwa Utara, Banjar Pagutan, Padangsambian Kaja, Denpasar, Senin (23/9) malam.

 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Gung Balang dan istri dievakuasi oleh ambulans jenazah dari BPBD Kota Denpasar dan PMI Kota Denpasar sekitar pukul 22.00 Wita.

Jenazah Gung Balang dan istrinya kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah dan dievakuasi menuju Kamar Jenazah RSUP Prof dr IGNG Ngoerah Denpasar.

 

Kabar menyebutkan jenazah Gung Balang dan istri ini pertama kali ditemukan oleh sang anak. Kasus ini tengah ditangani Polresta Denpasar dan hingga kini penyebab kematian kedua korban masih diselidiki pihak kepolisian.

Sebelumnya, S (19) anak korban mengatakan, tidak ada dilakukan proses autopsi terhadap jenazah kedua orangtuanya dan keluarga mengikhlaskan kepergian Gung Balang dan istrinya. “Tinggal proses acara pemakaman. Tidak ada autopsi,” katanya.

 

S mengungkapkan bahwa tidak ada perselisihan yang terjadi antara ayah dan ibunya sebelum ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar karena luka tusukan, Senin (23/9) malam.

Sehingga sang anak tidak mencurigai apapun yang akan terjadi, Minggu (22/9) malam sebelum kejadian itu setelah masuk ke dalam kamar sekitar pukul 19.00 Wita.

 

“Ceritanya pada Minggu malam Ajik sama Ibu sudah mengunci kamar, jam 7 malam, memang biasa family time berdua, memang kalau masuk kamar dikunci,” ujar S saat dijumpai awak media, pasca kejadian itu.

 

Keesokan harinya pagi sebelum ditemukan tewas malam harinya, S sempat mengetuk pintu kamar orangtuanya, namun belum ada respons disangka masih tidur istirahat.

Kemudian ia baru menaruh curiga saat dirinya kembali dari aktivitas petang harinya rumahnya dalam kondisi gelap, biasanya lampu dinyalakan.

“Karena besok paginya itu ibu tidak bangun saya agak gedor, jam 11 siang, tapi tidak ada respons. Saya kira istirahat. Saya lanjut aktivitas seperti biasa, jam 6 atau 7 sore itu saya pulang mulai curiga karena suasana gelap lampu tidak dihidupkan di dalam kamar,” bebernya.

 

S lantas memanggil keluarga besar kemudian mencongkel pintu dengan linggis sekitar jam 9 malam lalu ditemukanlah kedua orangtuanya sudah tidak bernyawa di dalam kamar itu dalam posisi berpelukan. S mengungkapkan ada sebilah pisau di ujung kasur saat penemuan jenazah keduanya.

 

“Waktu ditemukan posisi Ajik sudah di bawah, sudah (bersimbah darah, Red), ibunya juga, dalam posisi berpelukan dua-duanya di bawah. Ada (pisau, Red), agak jauh di ujung kasur,” bebernya.

 

Terkejut melihat kejadian itu, S langsung koordinasi dengan Kelian setempat untuk memproses peristiwa tersebut ke pihak berwenang. S mengatakan, mereka sempat makan malam bersama saat malam minggu dengan memasak ayam untuk santap bersama, sehingga dengan keharmonisan itu ia tak menaruh dugaan adanya perselisihan orang tuanya.

 

“Tidak ada perkelahian. Sebelumnya baik baik saja. Sempat makan bareng di malam minggu. Kebetulan ada acara kecil-kecilan masak ayam makan bersama,” ungkapnya.

Bahkan S juga menuturkan sang ayah memiliki cinta yang begitu dalam dengan sang istri AASA (37) atau ibu S tersebut, sang ayah ingin sehidup semati dengan sang istri.

 

“Waktu itu mungkin gimana ya bercanda. Waktu itu Ajik mengeluarkan kata-kata mau meninggal bareng. Mungkin itu maksudnya mengungkapkan cinta sehidup semati meninggal bareng. Bukti kalau memang beneran sayang, tapi kami waktu itu suasananya bercanda gurau. Tidak menyangka seperti ini,” bebernya. Sha/dx