Sosial Budaya

Sugihan Jawa & Bali, Roh Leluhur dan Para Dewa Turun ke Dunia Sebelum Galungan

890 Views

BALI, OborDewata.com – Wuku Sungsang di depan mata, tepat pada hari ini umat Hindu merayakan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Bertepatan dengan Wuku Sungsang. Wuku sebelum Wuku Dungulan, di mana hari raya dan hari suci Galungan menanti.

Namun sebelum Galungan, umat Hindu di Bali mengenal hari suci Sugihan. Hari raya Sugihan ada dua, yakni Sugihan Bali dan Sugihan Jawa yang jatuhnya pada wuku Sungsang.

Untuk Sugihan Jawa, jatuh pada Kamis Wage Sungsang (19/9/2024). Sedangkan Sugihan Bali pada Jumat Kliwon Sungsang (20/9/2024).

Dalam kitab atau lontar Sundarigama, dijelaskan bahwa pada hari suci Sugihan Jawa, umat Hindu meyakini para dewa dan roh leluhur turun ke dunia membesarkan hati umat manusia. Sembari menikmati persembahan hingga datangnya hari raya Galungan.

Untuk itu, umat Hindu disarankan membuat upacara arerebon di sanggah ataupun di parhyangan dengan sesajen parerebuan, pangraratan, dan berbagai bunga harum.

Selanjutnya untuk Sugihan Bali, diyakini sebagai hari baik bagi umat manusia  untuk menyucikan diri lahir dan batin. Oleh sebab itu, umat Hindu disarankan melakukan persembahyangan. Dengan cara mengheningkan pikiran, serta memohon air suci panglukatan dan pabersihan kepada pendeta.

Dalam Sundarigama, pula disebutkan bahwa makna hari suci pada wuku Sungsang adalah untuk menjernihkan pikiran. Sehingga lebih siap menghadapi fenomena perubahan wujud dan peran dewa yang terbalik atau sungsang.

Maksudnya adalah peran sebagai pelindung ke peran sebagai penyebar perselisihan. Sesuai dengan makna kata sungsang, di dalam lontar Sundarigama koleksi Gria Gede Banjarangkan Klungkung berarti sungsang adalah dewa yang berbeda rupa.

Kata bheda itu dapat berarti berbeda, lain, salah, atau menyebarkan perselisihan. Dalam kutipan “sungsang ngaran dewa bheda rupa”. sha/dx