Sosial Budaya

Sesuhunan Napak Pertiwi saat Piodalan di Pura Campuhan Windhu Segara

880 Views

DENPASAR, OborDewata.com – Puncak piodalan di Pura Campuhan Windhu Segara Padanggalak, Kesiman, Denpasar dilaksanakan bertepatan dengan hari Suci Siwaratri, Senin, 27 Januari 2025.

Piodalan alit diisi dengan napak pertiwi sesuhunan di Pura ini yakni Ratu Lingsir Durga, Ratu Ayu Manik Segara, Ratu Ayu Sapuh Jagat dan Ratu Sidakarya.

Ribuan umat Hindu memadapati Pura Campuhan Windhu Segara Padanggalak. Meski hujan lebat sempat menghuyur, namun tak mengurangi antusias umat Hindu melakukan persembahyangan sebagai bentuk sradha dan bhakti umat kepada Sang Pencipta.Prosesi upacara baru bisa dilakukan mulai pukul 12.00 Wita, diawali dengan pangilen pemangku, mendak Ida Bhatara dan katurang saji. Paling terakhir ida sasuhunan yakni Ratu Ayu Lingsir Durga, Ratu Ayu Manik Segara, Ratu Ayu Sapuh Jagat,Sesuhuhan Ratu Sidakarya katuran napak pertiwi.Sementara itu sesuhunan berupa Baring Macan dan Barong Bangkal hanya nodya atau menyaksikan rangkaian piodalan.

Pada malam harinya Pura Campuhan Windhu Segara Padanggalak Kesiman tak juga sepi dari kegiatan spiritual umat.Pura ini juga dipakai salah satu pusat kegiatan jagra alias begadang semalam suntuk saat umat yang melaukan brata Siwaratri. Bahkan banyak umat yang melakukan semadi dan meditasi Siwaratri di kawasan ini karena pura ini sangat strategis ada di bibir pantai dan dikelilingi campuhan Sungai Ayung.

Maha Guru Aitriya Narayana mengungkapkan piodalan alit kali ini disanggra oleh pangempon dan sejumlah pemangku yang secara sukarela ngayah selama piodalan. Saat piodalan ageng barulah digelar dramatari Calonarang. Bahkan pihaknya menerima siapa saja yang mau ngayah melayani umat selama Siwaratri.”Pura Campuhan Windhu Segara terbuka bagi siapa saja tanpa melihat latar belakang agama atau kepercayaan”,Imbuh Maha Guru Narayana.

Selain itu menurutnya,Banyak pengunjung dari luar Bali hingga turis mancanegara datang untuk bersembahyang dan malukat. Selain masyarakat Hindu,umat agama lain, termasuk Islam, Buddha, dan Kristen, ikut berpartisipasi dalam pembangunan pura ini sebagai simbol toleransi beragama.

Tidak hanya karena kekuatan spiritual, tetapi kehadiran beragam palinggih seperti Betara Wisnu, Pusering Jagat, Ratu Kidul, Palinggih Sunia, Ratu Gede Masmacaling, dan Dewi Kwam In juga menjadi magnet Pura ini.Pura Campuhan Windhu Segara menjadi tempat sakral yang mengundang ribuan pamedek untuk mencari kedamaian, keberuntungan, dan ketenangan batin. tim/dx