JEMBRANA, OborDewata.com– Kisah pilu menyelimuti keluarga Erwin dalam insiden kapal tenggelam di Selat Bali. Pria asal Banyuwangi itu mengisahkan istri serta putra balitanya turut menjadi korban. Keduanya berlayar menuju Denpasar untuk berlibur, namun perjalanan menyenangkan ini berakhir tragis di tengah laut.
“Dia mau menyusul ke Denpasar. Istri saya ingin juga liburan,” ujar Erwin dengan suara lirih.
Erwin sempat meminta istri dan anaknya naik travel menuju pelabuhan. Keduanya kemudian menaiki kapal feri penyeberangan tersebut. Namun, saat pelayaran, kapal diduga mengalami masalah serius.
“Saya suruh naik travel. Kemudian travel naik kapal itu. Kata dia terjadi kebocoran,” ujarnya.
Menurut Erwin, kapal yang ditumpangi istri dan anaknya lalu tenggelam. Informasi tragis ini ia terima dari pihak bos travel mereka. Kabar duka itu datang sekitar pukul 03.30 WITA, beberapa jam setelah keberangkatan.
“Akhirnya tenggelam. Informasi ini saya dapat dari bos travel jam 3.30,” jelasnya.
Korban langsung dari kejadian nahas itu ialah sang istri dan anaknya. Istrinya bernama Fitri April Lestari, berusia 32 tahun. Sementara itu, anaknya yang berusia tiga tahun bernama Ahnan Akil Mustofa. Keduanya berasal dari Dusun Cimbar, Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi.
“Korban adalah istri dan anak saya. Nama istri saya Fitri April Lestari usia 32 tahun, dan anak saya Ahnan Akil Mustofa usia 3 tahun,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan lagi, bahwa istri dan anaknya sudah lama tidak berlibur ke Bali. Mereka ingin bertemu dirinya di Denpasar. Sayangnya, keinginan untuk berlibur bersama tidak terlaksana.
“Sudah lama tidak ke Bali. Istri dan anak saya ingin ke Bali, ingin liburan, dan mau ketemu saya,” ucapnya.
Sebelum keberangkatan, komunikasi sempat terjalin. Istri memberitahukan niat mereka untuk berangkat. Namun, setelah itu, komunikasi terputus total.
“Sebelum berangkat, kami sempat komunikasi. Tapi, setelah mereka naik kapal, komunikasi putus,” terang Erwin.
Ia mengaku tidak memiliki firasat buruk sebelum kejadian. Ia juga menjelaskan, anaknya sempat difoto di kapal setelah baru naik. Momen itu menjadi kenangan terakhir.
“Firasat sih tidak ada. Anak saya sempat difoto di kapal, pas baru naik. Habis itu sudah putus komunikasi,” katanya.
Semua korban, baik istri maupun anaknya, telah ditemukan. Erwin mengucapkan rasa syukur atas penemuan mereka. Rencananya, jenazah akan dibawa pulang ke Banyuwangi.
“Alhamdulillah sudah ditemukan semua. Tergantung keputusan pihak sana, secepatnya akan kami bawa pulang ke Banyuwangi,” pungkasnya.
Di sisi lain, RSUD Negara, Jembrana, mengumumkan keberhasilan identifikasi enam jenazah korban insiden kapal tenggelam di Selat Bali. Data terbaru menunjukkan empat jenazah tambahan berhasil teridentifikasi. Sebelumnya, rumah sakit hanya mengkonfirmasi dua jenazah teridentifikasi.
“Kami telah mengidentifikasi seluruh empat korban meninggal dunia yang kami terima. Sebelumnya hanya dua yang teridentifikasi,” ujar Direktur RSUD Negara, Ni Putu Eka Indrawati.
Keenam jenazah yang teridentifikasi meliputi Elok Rumantini, 33 tahun, dari Sritanjung Banyuwangi. Lalu Anang Suryono, 59 tahun, dari Probolinggo. Eko Sastriyo, 50 tahun, dari Klatak Banyuwangi. Cahyani, 45 tahun, dari Krajan Kulon Banyuwangi.
“Untuk dua korban perempuan sudah dikenali. Tapi memang belum ada pihak keluarga yang menjemput jenazah,” kata Ni Putu Eka Indrawati.
Dua jenazah terbaru yang teridentifikasi memiliki hubungan keluarga. Mereka adalah Fitri April Lestari, 33 tahun, dan putranya, Afnan Aqiel Mustafa, 3 tahun. Keduanya berasal dari Dusun Simbar 1, Desa Tampo, Cluring, Banyuwangi. mas/pril