DENPASAR, OborDewata.com – Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII akan digelar di Tahun 2025. PKB XLVII kali ini akan mengusung tema “Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya – Harmoni Semesta Raya” dijadwalkan, PKB ini akan segera digelar pada Juni mendatang. Persiapan PKB pun telah mencapai 90 persen, dengan pembangunan panggung, stan UMKM, serta posko-posko di Taman Budaya Bali yang sedang berlangsung.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, M.Si., mengatakan bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto telah diundang untuk membuka acara, namun konfirmasi kehadiran masih menunggu kepastian dari Sekretariat Negara.
“Pak Presiden Prabowo sudah diundang tapi belum tahu kita (bisa hadir atau tidak),” ucapnya pada, Senin 5 Mei 2025.
Ia menambahkan, pengiriman surat undangan telah dilakukan langsung oleh Gubernur Bali.
“Ya, konfirmasi juga belum, tapi sudah diproses di Setneg. Saya langsung Pak Gubernur yang bawa suratnya kemarin ke Jakarta. Sudah bulan April kok (dibawa). Suratnya ini surat permohonan membuka PKB. Nanti kalau sudah beliau konfirm hadir, kita susul dengan surat undangan. Surat yang kartu itu. Sementara sih sudah dikawal oleh teman-teman di Badan Penghubung di Jakarta,” imbuhnya.
Untuk mendukung penyelenggaraan PKB tahun ini, Pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan anggaran sekitar Rp 9 miliar. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. “Untuk di Pemprov Bali saja segitu sekitar Rp 9 miliar. Ada peningkatan, tahun lalu kan Rp 6,5 miliar. Ini memang sesuai dengan hasil evaluasi. Misalnya tribun penonton di Bajra Sandhi itu penonton akan kita buatin tribun, biar mereka tidak di bawah. Di sebelah utaranya itu kita akan ada lihat tribun sederhanalah biar nanti penonton juga agak tinggi tempatnya tidak di lantai. Itu juga pertimbangannya,” terangnya.
Dari sisi pengunjung, PKB tahun lalu mencatatkan angka 1,6 juta orang. Namun tahun ini, Prof. Arya mengatakan pihaknya justru tidak menargetkan peningkatan jumlah penonton langsung demi kenyamanan. Sebagai gantinya, semua pertunjukan akan disiarkan secara live streaming.
“Ya, pengunjung tahun lalu kan 1,6 juta, tapi kita sekarang sudah tambahin dengan sekarang semua kan live streaming, ya. Semua pertunjukan akan live streaming,” ujarnya.
Langkah ini, menurut Prof. Arya, dilakukan agar penonton yang tidak bisa datang ke lokasi tetap bisa menyaksikan melalui platform digital. “Tujuan kita juga ya biar dibagi juga penonton yang tidak sempat ke Taman Budaya biar bisa juga nonton lewat YouTube ataupun lewat media sosial gitu. Targetnya kalau 1,6 juta tuh terlalu membludak juga, enggak bagus juga itu kalau terlalu banyak itu. Biarin aja sudah nanti kita pecah. Kalau kurang dari 1,6 juta justru akan lebih nyaman orang di PKB.
Ia juga menjelaskan bahwa lebih dari 19.000 seniman akan turut ambil bagian dalam perhelatan seni budaya tersebut. “Iya, sekitar 19.000 lebih seniman yang terlibat,” imbuhnya.
Proses kurasi terhadap para seniman dilakukan secara berjenjang, baik oleh tim di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. “Ada yang di Pemprov Bali kan ada tim kurator, ada tiga orang. Di Kabupaten/Kota itu juga dari teman-teman Kabupaten/Kota yang kurasi di kebudayaannya kan ada tim juga di situ. Masing-masing,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Arya menerangkan bahwa PKB tahun ini akan menampilkan banyak karya garapan baru, terutama pada jenis kesenian seperti Gong Kebyar dan Baleganjur. “Sebagian besar garapan baru. Itu di Gong Kebyar itu kan ada pragmentari itu misalnya semuanya digarap baru. Ada juga tabuh kreasi baru digarap baru. Semuanya kesenian baru. Cuman Gong Kebyar, Baleganjur, semua garapan baru,” paparnya.
Namun demikian, sejumlah seni klasik tetap akan dipentaskan sebagai bagian dari upaya pelestarian. “Tapi ada juga yang tidak baru misalnya legong keraton, gambuh, kemudian ada joget pingitan, ya itu memang kita pelestarian kan yang sudah ada juga beberapa hasil-hasil rekonstruksi kayak rekonstruksi drama Banyuning yang di Buleleng itu. Kita mau rekonstruksi yang sudah ada dulu, ditampilkan sekarang,” katanya.
Menurut Prof. Arya, PKB 2025 akan menampilkan pertunjukan yang berimbang antara garapan baru dan pementasan seni tradisi yang telah ada. “Banyak garapan barunya, banyak berimbang dengan yang pementasan yang sudah ada. Kita juga orientasinya kan yang sembilan sendratari Bali itu kan kecuali Sang Hyang dan yang sakral-sakral kan semua kita pentaskan. Joget bumbung juga kita pentaskan. Ada Gambuh, ada Topeng juga ada,” jelasnya.
Terkait kemungkinan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang tengah hangat belakangan ini dalam pertunjukan, Prof. Arya menyebut hal itu masih dalam proses eksplorasi. “Kita belum (ada atau tidak) lihat nanti, coba lihat aja nanti kan. Kan ada pergelaran nanti juga ketika di pembukaan kan ada sendratari dari ISI, enggak tahu saya apa akan pakai inovasi nanti kan. Ada juga dari perguruan tinggi dari Undiknas, juga banyak gitu,” ucapnya.
Ia menambahkan, kemungkinan pemanfaatan teknologi seperti AI dalam PKB ke depan tidak tertutup, namun masih dalam kajian. “Belum, belum kita cek, kan kita memang biar freshlah. Nanti biar sekalian aja kita lihat nanti. Paling tidak kan sudah jadi bahan pemikiran juga bahwa inovasi itu kan bisa juga menggunakan teknologi. Tidak menutup mungkin juga akan ada, cuma saya belum lihat semua itu,” tutupnya. uni/sathya