Berita

Tiga PMI Berhasil Diselamatkan Dari Timur Tengah, Berada di Wilayah Konflik Perang

858 Views

BALI, OborDewata.com – Ni Luh Suarnadi, PMI asal Desa Gitgit, Buleleng berhasil pulang. Wanita 44 tahun itu berhasil evakuasi dari wilayah konflik perang di Timur Tengah.

Evakuasi Luh Suarnadi barengan dengan 2 warga Bali lainnya, yang menjadi PMI di Timur Tengah. Di antaranya, Ni Ketut Septiani asal Desa Suwug, Buleleng dan Ni Kadek Sriari warga Banjar Belusung Kaja, Desa Pejeng Kaja, Tampaksiring, Gianyar.

3 hari mengungsi, kondisi tak kunjung kondusif. Suara tembakan hingga ledakan terus terdengar. Tank, tentara hingga suara ambulans mondar-mandir.

Keyakinannya untuk pulang ke Bali kian menguat. Ia sangat ingin berkumpul dengan keluarganya. Intensitas konflik yang terjadi Lebanon tak kunjung mereda.

Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) akhirnya pulang melalui jalur darat, menuju Qatar. Evakuasi para PMI guna memitigasi dampak serangan Israel ke Lebanon sejak 16 September 2024 lalu yang sudah menewaskan ribuan orang.

Memang Suarnadi tidak melihat secara langsung perang ini. Namun suara ledakan hingga tembakan yang menderu membuatnya ketakutan. Ia mengaku sampai mengungsi ke mes temannya karena keadaan sekitar yang mencekam.

“Saat itu kejadiannya pada 27 September 2024 saat hendak pulang kerja, sekitar pukul 18.20 waktu setempat. Ketika itu saya mendengar suara ledakan,” ungkapnya.

Selama tujuh tahun bekerja sebagai PMI di Lebanon, konflik ini baru pertama kali terjadi. Suara ledakan yang ia dengar jaraknya cukup dekat, sekitar 10 menit dari tempat kerjanya yang ada di Kota Beirut.

Karena tak berani pulang ke mesnya, ia memilih menginap di rumah rekannya sesama warga Bali. “Saya terpaksa mengungsi ke rumah teman.

Dia sama-sama orang Indonesia dan orang Bali juga. Kebetulan lokasi mesnya memang cenderung lebih jauh dari lokasi kejadian,” kata dia.

Terapis Spa ini menceritakan, ia mengungsi tiga hari di mes itu sejak tanggal 27 September 2024. Tiga hari mengungsi, keadaan tak kunjung membaik. Pada 1 Oktober 2024, ia memutuskan mendatangi KBRI di Beirut, Lebanon.

Ia dan teman-temannya asal Indonesia meminta untuk pulang. Pihak KBRI pun segera mengevakuasi bersama sejumlah PMI lainnya ke tempat aman yang jauh dari lokasi konflik.

“Sehari kemudian proses pemulangan. Saya bersama 20 PMI lainnya berangkat ke Doha, Qatar melalui jalur darat,” ungkapnya.

Dari 21 PMI yang ada di bus, tiga orang di antaranya merupakan warga Bali. “Kami naik bus yang tersedia oleh KBRI. Perjalanan dari Lebanon ke Doha membutuhkan waktu tiga hari, melewati perbatasan Suriah dan Yordania,” imbuhnya.

Mereka tiba di Doha pada tanggal 6 Oktober 2024. Kemudian selama 14 jam menempuh perjalanan udara dengan rute Doha-Jakarta, kemudian dari Jakarta terbang ke Bali.

“Saya tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Selasa 8 Oktober siang dan tiba di Buleleng malam harinya,” ucap ibu dua anak itu.

Sekarang, ia belum punya keberanian untuk kembali kerja di luar negeri. Ia memutuskan untuk istirahat sementara waktu.

Sedangkan masa kerjanya di Lebanon masih sisa lagi setahun. “Kalau di Lebanon kontrak kerjanya dua tahun. Ini keberangkatan saya ke tiga, sejak tahun 2017,” kata dia.

“Sebelumnya saya sempat kerja di Turki tahun 2012-2016. Ada kemungkinan di panggil lagi karena masih setahun kontrak. Tapi kemungkinan tidak dalam waktu dekat karena masih ada perang di sana,” sambungnya.

Sementara itu, satu orang PMI asal Jembrana bernama Ni Ketut Santi Suryaningsih (31) juga pulang dari Lebanon. Warga Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya kabarnya tiba di Bali malam kemarin.

“Kasmi sudah konfirmasi ke keluarganya di pulangkan karena situasi perang di negara tersebut. Jadwal pemulangannya dari Lebanon menuju Jakarta di lanjutkan ke Bali,” kata Kepala Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja (P3T) Disnakerperin Jembrana, I Putu Agus Arimbawa.

Kata dia, sesuai koordinasi dengan pihak keluarga, Ni Ketut Santi Suryani sudah bekerja di Lebanon hampir dua tahun lamanya. Ia bekerja sebagai spa therapist di sebuah hotel di negara tersebut.

“Astungkara, sudah perjalanan pulang ke Indonesia. Pemulangan difasilitasi oleh pihak KBRI. Kami fasilitasi penjemputan di Bandara Ngurah Rai bersama keluarga. Semoga semua berjalan lancar,” jelasnya. sha/ay/dx