DENPASAR, OborDewata.com – Galungan akan datang sebentar lagi, pada 25 September 2024. Tentu saja umat Hindu di manapun baik Bali dan luar akan merayakan.
Salah satu ciri khas Galungan, adalah dengan pendirian penjor. Biasanya penjor akan terpasang sebelum Galungan, kebanyakan ketika hari penampahan Galungan.
Perlu diketahui Penjor termasuk perlengkapan upacara dan upakara Hari Suci Galungan, yang memiliki posisi sakral dan suci. Oleh karena itu, pembuatan dan pemasangannya tidak boleh sembarangan dengan tujuan agar penjor nilai sucinya tetap terjaga. Serta sebagai salah satu bagian upacara dan upakara, dalam mengagungkan kekuatan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.
Hari suci Galungan, menurut tradisi umat Hindu di Bali setiap 6 bulan sekali atau rerainan jagat (piodalan gumi). Salah satu sebagai perlengkapan merayakan hari suci Galungan, para umat Hindu di Bali membuat penjor.
Oleh karena itu, penjor sebagai lambang wujud gunung tertinggi yang merupakan tempat berstananya Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya.
Di samping itu, gunung juga konon memberi kesejahteraan, kesuburan dan sumber kebahagiaan bagi hidup umat manusia.
Sarana upacara penjor terdiri sebatang bambu, sepanjang kurang lebih 10 meter dengan ujungnya melengkung ke bawah. Hal itu, sebagai simbol Rwa Bhineda yaitu ada Dharma dan Adharma, atau baik dan tidak baik.
“Hal tersebut terlihat dari wujud bambu itu sendiri, ada yang lurus sebagai simbol kebenaran dan ada yang melengkung ke bawah sebagai simbol ketidakbenaran,” ucap Jero Mangku Ketut Maliars, pada Jumat (6/9/2024).
Selain itu, bahwa bambu sebagai sarana membuat penjor karena bambu sebagai lambang atma dan paramaatma yang merupakan satu- kesatuan dalam menjiwai kehidupan manusia.
Dengan simbol itu, umat Hindu membangkitkan semangat Dharma untuk mampu mengalahkan sifat- sifat Adharma. Sehingga dengan menancapkan penjor ke tanah, sebagai kebangkitan Dharma melawan Adharma. Dan mampu memperoleh kemenangan Dharma.
Selain itu, penjor lengkap dengan hiasan dengan janur, plawa(campuran dari daun cemara, daun endong ,pakis aji, dan lain sebagainya).
Selain itu, sebagai wujud syukur dan terima kasih atas kemurahan limpahan kesejahteraan, dan kesuburan juga ada berupa hasil bumi berupa pala gantung dan pala bungkah, seperti buah jagung, mentimun, kelapa, pisang, jaje begina, jaje uli, umbi-umbian seperti umbi ketela, keladi dan lainnya.
“Penjor Galungan sakral, karena berfilosofi sebagai lambang keagungan dan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa beserta prabhawaNya.
Sehingga umat Hindu di Bali mengekspresikan rasa syukur, dan rasa terimakasih serta mengagungkan kebesaran Tuhan, pada saat hari suci Galungan dengan salah satunya membuat penjor,” ucap Pemangku Pura Campuhan Windhu Segara.
Pemasangan penjor Galungan pada hari penampahan Galungan, sebagai simbol mulai para umat Hindu membangkitkan pikiran, tingkah laku, dan kata-kata menuju kebenaran (Dharma).
Sehingga memulai membangkitkan dan memegang teguh prinsip Dharma untuk melawan Adharma. Selain itu, pemasangan penjor di depan rumah tempat keluar (lebuh) sebelah kanan sebagai simbol pemegang dan pelaksana kebenaran (Dharma).
Posisi ini tergantung pada lokasi rumah, yaitu jika rumah menghadap ke timur berarti pemasangan penjor di sebelah selatan menghadap ke jalan. Begitu seterusnya yang penting di sebelah janan pintu keluar rumah.
Pencabutan penjor hari suci Galungan yaitu 35 hari dari saat Anggara Dungulan ( hari penampahan Galungan) sampai pada hari Pegatwakan atau Hari Suci Buda Kliwon Pahang.
“Yang tidak kalah pentingnya, bahwa penjor Galungan juga perwujudan Naga Basuki dan Naga Anata Boga sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan,” sebutnya.
Untuk itulah, penjor di depan di pasang sanggah cucuk melengkung. Sebagai simbol Ardha Candra dan juga kepala naga. sha/sx