DENPASAR, OborDewata.com – Harga emas sentuh angka tertinggi yakni Rp1,9 juta pergramnya setelah naik Rp 200ribu dalam sepekan. Kenaikan tajam ini tak lepas dari kekhawatiran global akibat konflik geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Ketidakpastian ini mendorong masyarakat, baik lokal maupun internasional, untuk melirik emas sebagai aset lindung nilai yang lebih aman dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Menurut Kepala Departemen Gadai PT Pegadaian Area Denpasar I, Gede Putra Ardana, perang tarif yang terjadi Amerika dan China memberi pengaruh terhadap kenaikan harga emas saat ini. “Orang lebih tertarik investasi emas daripada dolar saat ini,” ungkapnya pada, Kamis 24 April 2025.
Putra Ardana menambahkan, lonjakan harga emas ini masih dipicu oleh sejumlah faktor global. Salah satunya adalah kondisi ekonomi dunia dan situasi geopolitik yang belum stabil. Konflik seperti perang antara Israel dan Iran serta tensi perdagangan antara Amerika dan China mendorong banyak orang untuk mengalihkan investasi dari aset berisiko ke instrumen yang lebih aman seperti emas.
Disamping itu, kata dia, permintaan akan emas yang tinggi di seluruh dunia namun ketersediaan emas sendiri pun juga cukup terbatas turut berpengaruh. Permintaan tinggi dan ketersediaan yang rendah menyebabkan harga emas akan naik secara otomatis.
Selain dipengaruhi oleh perang tarif, minat terhadap investasi emas saat ini juga didorong oleh tren kenaikan harga emas yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Ia mengatakan, semakin banyak orang yang beralih ke emas, sehingga mendorong harga emas terus meningkat.
Melihat situasi yang terjadi 20 tahun terakhir, dirinya menilai, menyimpan uang tunai akan sangat mengurangi daya beli masyarakat. Memegang emas diakuinya dapat memperoleh laba sekitar 20 kali lipat sedangkan memegang saham korporasi berkualitas tinggi dapat memperoleh laba lebih dari 200 kali lipat. “Karena itu menyimpan uang tunai tampaknya aman tetapi kekayaan akan menyusut secara diam-diam karena inflasi,” tutupnya. uni/sathya