DENPASAR, OborDewata.com – Dalam pemberantasan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Denpasar, memang diperlukan tantangan besar serta tanggung jawab semua pihak baik itu pemerintah maupun para investor. Pasalnya, kondisi sekarang dengan Kota Denpasar yang memilik UMK (Upah Minimum Kab/kota) sebesar Rp2,9 juta per bulan, Tokoh Muda asal Kepaon, Anak Agung Gede Agung Aryawan, ST., menilai UMK tersebut masih sangat kecil untuk para pekerja di Denpasar, sebab dirinya menilai upah tersebut tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok yang terus melejit.
Gung Aryawan yang juga Sebagai Caleg DPRD Provinsi Bali Dapil Denpasar Partai Perindo nomor urut 1, menjelaskan, murahnya UMK di Kota Denpasar menjadikan daya beli masyarakat yang sangat rendah, bahkan dirinya juga sangat miris melihat adanya banyak Guru Kontrak yang masih di bayar Rp 1,7 juta/bulan bahkan Satpam Sekolah ada yang hanya di Upah Rp 1 juta/bulan. Maka dari itu dirinya mendorong Pemkot Denpasar untuk segera minindak tegas pelanggaran UU Tenaga Kerja terkait pengupahan. Banyak pengusaha nakal yang membayar Upah lebih rendah dari UMK.
“Dengan Upah Rendah tentu daya beli masyarakat akan sangat rendah, dengan UMK Kota Denpasar yang masih terbilang sangat kecil Rp 2,9 Juta/bulan jauh dari DKI Jakarta yang sudah Rp 4,5 Juta/bulan. Apalagi banyak Guru Kontrak yang masih di bayar Rp 1,7 juta/bulan bahkan Satpam Sekolah ada yang hanya di Upah Rp 1 juta/bulan,” tegasnya pada Sabtu (30/9/2023).
Ditambahkan Gung De, efek murah upah para pekerja di Denpasar menjadikan fakta di lapangan yang paling jelas pastinya kemiskinan akan meningkat, otomatis maka akan banyak terjadi bangunan kumuh. “Hal ini dapat kita lihat makin banyak terjadi pelanggaran Sempadan Jalan & Trotoar di pakai tempat jualan karena tidak ada pilihan lain. Bahkan telajakan rumah yang jadi kebanggaan kita dalam konsep asta bumi & Asta Kosala kosali pun dilanggar untuk membangun toko toko kecil yang mengambil trotoar sebagai tempat parkirnya. Inilah kekumuhan yang membuktikan kalau kemiskinan mulai terjadi dalam kehidupan masyarakat Bali,” bebernya sambil menambahkan makin rendah upah seseorang, pemenuhan kebutuhan dasarnya tentu lebih terbatas. Ketika ada gejolak inflasi tahun lalu, buruh berupah pas-pasan yang tidak mendapat kenaikan upah signifikan tentu terkena dampak. Mereka sangat rentan dan lebih mudah untuk jatuh miskin. sathya/dx