DENPASAR, OborDewata.com – Hari raya Kuningan, identik dengan adanya tamiang. Namun apakah makna sebenarnya tamiang.
Setiap hari suci Kuningan memang menggunakan sarana tamiang. Tamiang adalah simbol kekuatan untuk menjaga hal-hal yang negatif, agar tidak sampai mengena umat manusia.
Lanjut pensiunan kepala sekolah ini, kata tamiang dari kata tameng. Dan tameng sendiri adalah sebagai pelindung diri, sehingga melambangkan kekuatan dalam mempertahankan kemenangan yang saat hari suci Galungan.
Selain itu, tamiang juga sebagai niyasa Dewa Nawasanga sebagai penjaga seluruh arah mata angin. Dapat di bayangkan bahwa sembilan penjuru mata angin melindungi umat manusia. Agar aman dan selamat.
Untuk itu, ada mantra ‘Om Ano Badrah Karthawo yanthu wiswathah’ yang artinya semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Selain itu, hari ini Buda Paing Kuningan adalah satu di antara hari penting dalam Hindu Bali. Sebab hari ini adalah payogan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhtara Wisnu.
Hari suci ini jatuh satu Minggu setelah hari suci Galungan, dan tiga hari menjelang hari suci Kuningan, tepatnya pada Buda Paing Kuningan. Dan para umat Hindu sangat menghormati hari suci ini.
Sebab payogan Ida Bhatara Wisnu, sebagai pemelihara alam semesta beserta isinya, termasuk umat manusia itu sendiri sebagai bhuana alit, dan alam semesta sebagai bhuana agungnya.
Umat Hindu sangat meyakini bahwa Ida Bhatara Wisnu, sebagai bagian dari Tri Murti yang berfungsi sebagai pemelihara alam semesta beserta isinya.
Maka pada hari suci ini, para umat Hindu meyakini dengan mempersembahkan sesaji atau upakara minimal canang asebit sari atau sakasidan (sekemampuan).
Sehubungan dengan itu, luangkanlah waktu sejenak untuk menghaturkan sembah bakti ke hadapan Ida Bhatara Wisnu.
Agar beliau selalu melindungi, memelihara dan mengayomi umatnya sehingga memperoleh anugerah shanti dan jagadhita dalam mengarungi hidup dan kehidupan sebagai umat manusia.
Di sini berlaku konsep doa dan usaha, selalu meluangkan waktu untuk bersembahyang memuja dan memuji keagunganNya sebagai sang pemelihara agar melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada umat manusia sehingga mencapai kesejahteraan hidup.
Di samping itu juga, sebagai umat Hindu berusaha dengan sungguh- sungguh melaksanakan swadharma masing- masing sebagai tatanan menjalankan kewajiban masing-masing sehingga memperoleh hasil sesuai dengan harapan karena atas waranugeraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa selaku pemelihara yang dalam hal ini bermanifestasi sebagai Ida Bhatara Wisnu.
Maka dengan itu, bahwa hidup sebagai umat Hindu harus selalu menjalankan doa dan usaha. Sebab tanpa dengan usaha nyata sebagai umat manusia tidak ada artinya.
Demikian juga usaha tanpa doa akan sia-sia. Oleh karena itu, wajib kita sebagai umat Hindu selalu melaksanakan dua hal ini secara sinergi.
Maka akan terwujud sesuai dengan tujuan agama Hindu yaitu mencapai “Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma”, mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Baik di dunia, maupun di akhirat berdasarkan ajaran kebenaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pada hari suci Buda Paing Kuningan wajib hukumnya para umat Hindu memuja dan memuji keagungan beliau sebagai Sang Pemelihara alam beserta isinya.
Menurut lontar Sundarigama, bahwa umat Hindu wajib menghaturkan sembah bakti kepada Ida Bhatara yang malingga dan malinggih di pura paibon sebagai wujud nyata ucapan syukur dan terimakasih atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga memperoleh kesejahteraan, kemakmuran, dan keharmonisan hidup dan kehidupan sebagai umat manusia. sha/ay