LifeStyle

Komisi IV DPRD Buleleng Inginkan Wujudkan Pelestarian Seni dan Budaya pada HUT Kota, Harus ada Event Khusus

871 Views

SINGARAJA, OborDewata.com – Anggota Komisi IV DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya mengatakan, Bali yang terkenal dengan kesenian dan adat budayanya begitu juga Kabupaten Buleleng, maka dari itu pihaknya meminta Pemkab Buleleng melaksanakan event khusus untuk menampilkan kesenian tradisional yang ada di Buleleng pada setiap event HUT Kota. Hal ini, sebagai bentuk evaluasi dari kejadian batalnya tampil dua sekaa gong kebyar legendaris pada Malam Kebersamaan HUT ke-420 Kota Singaraja. 

Arya mengatakan, meski Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana telah menyampaikan permohonan maaf, namun penampilan gong kebyar legendaris mebarung ini harus tetap ditampilkan melalui event khusus. Selain gong kebyar, kesenian tradisional lainnya juga harus terus ditampilkan sebagai wujud melestarikan seni dan budaya Buleleng. 

“Saya sangat mengapresiasi Pj Bupati yang berhasil memeriahkan HUT Kota tanpa membebankan anggaran APBD. Tetapi melihat kejadian kemarin, gong mebarung yang semestinya tampil untuk melestarikan seni budaya Bali justru batal tampil. Kedepan kami harap bukan kata maaf saja, gong mebarung dan semua kesenian dan kreativitas sanggar seni harus ditampilkan secara terbuka,” jelasnya Pada Senin (1/4)

Perlu diketahui pada Malam Kebersamaan yang digelar pada Sabtu (30/3) lalu, dua sekaa gong legendaris asal Buleleng, yakni Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya Banjar Paketan dan Sekaa Gong Kebyar Jaya Kusuma Desa Jagaraga yang seharusnya tampil mebarung, justru memilih untuk membubarkan diri. Dua sekaa gong itu kecewa, karena panitia penyelenggara terkesan lebih mengutamakan seni modern (band). 

Sementara Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan, dua sekaa gong legendaris itu sejatinya sudah sempat tampil, sebelum acara penutupan Malam Kebersamaan dimulai. Kemudian acara dilanjutkan dengan ceremonial. Panitia berniat, acara tersebut juga diselingi dengan penampilan fashion show serta band. Namun rupanya keputusan panitia ini membuat dua sekaa gong itu kecewa. Kejadian ini ditambahkan Lihadnyana akan menjadi bahan evaluasi pihaknya kedepan. Dimana penampilan kesenian tradisional tidak dapat dipadukan dengan seni modern. 

“Pada intinya kami tidak ingin mencari kesalahan siapa. Kami dari Pemkab yang harus bertanggung jawab, maka dari itu kami minta maaf,” ucapnya. tim/dx/tra