DENPASAR, OborDewata.com – Di tengah dominasi pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi Bali, sektor pertanian tak kalah penting sebagai pondasi ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Untuk itu, perhatian terhadap generasi muda Bali agar terlibat dalam pertanian modern harus terus menjadi sorotan.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ngurah Rai (UNR), Dr. Putu Gede Denny Herlambang, S.T., M.M., mengungkapkan, berbagai kalangan menilai bahwa regenerasi petani muda sangat penting agar sektor agraris tetap hidup dan mampu bersaing di tengah perkembangan zaman. Salah satu pendekatan yang dinilai efektif adalah dengan mendorong pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti sistem hidroponik, greenhouse, hingga penggunaan mesin-mesin pertanian canggih.
“SDM kita harus mulai diarahkan ke pertanian modern. Saat ini, mindset anak muda, terutama generasi Z, terhadap profesi petani masih rendah. Padahal, dengan inovasi dan teknologi, pertanian bisa menjadi sektor yang keren dan menjanjikan,” ujarnya pada Minggu (22/6/2025)
Menurut Denny, selain pelatihan keterampilan di sektor pariwisata seperti diving dan hospitality, sektor agraris juga membutuhkan dukungan pelatihan dan penyuluhan yang menyasar anak muda. Untuk mempercepat adaptasi ini, desa-desa di Bali didorong memiliki fasilitas pertanian modern sebagai proyek percontohan.
“Bayangkan kalau tiap desa punya satu greenhouse atau sistem pertanian hidroponik. Itu akan menjadi pusat pembelajaran sekaligus pengembangan potensi ekonomi lokal,” tambahnya.
Pemerintah daerah juga dinilai perlu meningkatkan infrastruktur pendidikan berbasis pertanian, termasuk memperkuat SMK dengan jurusan pertanian dan peternakan, serta membuka ruang kolaborasi dengan kampus atau lembaga pelatihan.
Tak hanya dalam konteks pertanian semata, kolaborasi antara pariwisata dan pertanian juga dinilai menjadi potensi besar. Contohnya, hotel atau restoran lokal bisa diwajibkan menggunakan produk hasil pertanian dari wilayah sekitarnya.
“Jika pariwisata dan pertanian dikolaborasikan, maka akan terjadi perputaran ekonomi yang saling menguatkan. Misalnya, restoran memiliki lahan hidroponik sendiri atau mengambil hasil dari kelompok tani lokal. Ini bisa menjadi sinergi jangka panjang,” ujar narasumber lain dalam diskusi tersebut.
Di sisi lain, pola kepemilikan lahan juga menjadi perhatian. Banyak generasi muda yang mewarisi tanah dari orang tua, namun tidak mengelolanya secara produktif. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat agar mempertahankan dan mengelola lahan secara mandiri tanpa menjual aset produktif.
Dengan potensi alam Bali yang beragam, termasuk keberadaan dataran tinggi dan rendah yang cocok untuk berbagai jenis tanaman, optimalisasi pertanian berbasis zonasi wilayah juga dapat menjadi strategi ke depan.
Pengembangan sektor agraris melalui pendekatan modern dan berbasis teknologi ini diharapkan mampu menarik minat generasi muda Bali untuk tidak hanya menjadi pekerja di sektor pariwisata, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam menjaga ketahanan pangan dan kedaulatan ekonomi desa. tra/sathya