Sosial Budaya

Ini Sarana Upakara Saraswati & Maknanya dalam Hindu, Turunnya Ilmu Pengetahuan

Besoknya Malukat Banyupinaruh
903 Views

BALI, OborDewata.com – Sabtu 8 Februari 2025, atau Saniscara Umanis Wuku Watugunung, adalah hari bertepatan dengan hari suci Saraswati.

Hari suci yang jatuh selama enam bulan sekali ini, merupakan salah satu hari suci yang penting bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali.

Iklan

Sebab merupakan pemujaan ke hadapan Dewi Saraswati, sebagai perlambang ilmu pengetahuan.

Dalam kitab Sundarigama, bahwa sesajen paling nista terdiri atas suci, peras, daksina, penek, ajuman, sasayut saraswati, sagara gunung, parangkatan putih kuning, canang wangi-wangi, daging itik, daksina palinggihan Saraswati, kembang pahes, sekar cane, canang yasa, dan perlengkapan lainnya.

Kemudian seluruh pustaka yang menggunakan aksara, sebagai tempat bersemayam Dewi Saraswati juga ada sesajennya.

Serta pemujaan dengan bunga harum, dengan air suci ke hadapan Dewa Matahari. Umat boleh melakukan pemujaan atas kebesaran dan kemuliaan Bhatari Saraswati.

Upacara pemujaan Bhatari Saraswati yang tergolong utama, adalah jenis upacara yang menggunakan sarana upakara berupa sanggar tutwan, suci muka 2, daksina agung sarwa 4, catur rebah, ardhanareswari dewi.

Lengkap sesuai dengan tata aturan sesajen catur, lalu memakai penek satu parangbakat dan penek kuning satu parangbakat.

Serta daging serba suci. Kemudian sesajen untuk di bawah kepada kepada bhuta kala. Terdiri atas pabangkit satu soroh, daging itik, sasayut 7 swahan, prayascita lwih, dilengkapi dengan pangambean agung alit, tumpeng guru satu buah, daging itik putih jambul. Semua sesajen ini kepada Dewi Saraswati.

Biasanya umat Hindu juga akan menata buku atau lontar di merajan, sebagai lambang ilmu pengetahuan. Lalu jangan lupa memohon kepada Dewi atau Bhatari Saraswati agar beli memberi anugerah pengetahuan.

Sehingga manusia agar tidak tenggelam di dalam kegelapan, mampu melihat dan membedakan hal baik dan buruk. Berjalan di jalan agama, dan senantiasa belajar tanpa henti. Sebab ilmu pengetahuan terus mengalir bak air.

Keesokan harinya, saat Banyupinaruh, umat Hindu akan malukat sebagai bentuk agar ilmu pengetahuan yang sudah turun saat hari suci Saraswati bisa mengalir seperti air tanpa henti memberikan pengetahuan pada manusia. (SHA)