DENPASAR, OborDewata.com – Munculnya isu Covid-19 yang akan kembali melanda dunia. Kabar tersebut sempat sedikit mengguncang kembali kalangan pariwisata di Bali yang sedang melakukan pemulihan pasca pandemi Covid-19. Walaupun hanya isu ada perkembangan gejala pandemi Covid-19, sehingga masyarakat harus tetap harus waspada, karena sudah pernah merasakan dan melaksanakan kegiatan di tengah-tengah Covid-19. Seperti diungkapkan Anggota Komisi XI DPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya, SE., MM., ketika kembali menghadapi situasi dan kondisi tersebut, maka masyarakat harus tetap waspada, agar ekonomi tetap bisa berjalan. “Namun saya tidak khawatir di tahun 2024 ini, disamping karena ada pesta demokrasi kedepannya ini juga masih akan tumbuh ekonomi, industri-industri juga masih berkembang walaupun kejadian di Rusia dan juga kejadian di Israel ini kan sudah mulai reda cuma masalah impor saja,” kata ARW nama bekennya itu, kepada awak media, saat ditemui belum lama ini.
Selain masalah impor di dalam negeri, sebenarnya negara masih mampu mengatasi hal-hal terkait kebutuhan pangan, seperti jagung dan kedelai akibat menuver-menuver, atau Isu-isu yang dilontarkan oleh para agen-agen importir. Namun kondisi itu bisa diatasi oleh masyarakat di Indonesia, karena kemungkinan besar, misalnya kebutuhan kedelai atau turunan-turunannya yang lainnya bisa disiasati dengan pola-pola yang lain. “Saya sudah mendengar kalau ada industri-industri juga untuk mengantisipasi kalau kedelai itu memang betul-betul tidak bisa dibuat lagi. Nah mungkin ada pengganti atau subtitusi dari kedelai itu apa? itu sudah saya dengarkan dari teman-teman di industri saya mendengarkan sudah ada subtitusi,” ujarnya, seraya menerangkan adanya pesta demokrasi yang diprediksi akan dua putaran akan menjadi sebuah eporia bagi masyarakat, sehingga menyangkut masalah kesehatan tidak banyak berpengaruh akibat bersemangat untuk berpesta demokrasi yang menunggu 5 tahun sekali dan di tahun 2024 juga ada pesta untuk pemilihan kepala daerah baik provinsi maupun kabupaten kota,
“Nah ini kalau 2024 semua untuk kegiatan pemilihan, baik pemilihan Presiden pemilihan legislatif, pemilihan kepala daerah kabupaten/ kota dan provinsi ini terus bergaung dan itu orang yang memang bersemangat maju menjadi pimpinan daerah itu pasti menarik tabungannya dan bank-bank sampai saat ini saya mendengarkan dari Bank Indonesia, dari OJK masih masih mengucurkan kreditnya,” tandasnya. Ia menjelaskan menyaluran kredit justru khususnya di Bali anggaran penerimaan dari dana pihak ketiganya (DKP) cukup besar, baik deposito maupun tabungan yang justru yang besar ini adalah giro yang mudah ditarik setiap saat. “Kalau Giro kan tinggal tarik walaupun suku bunganya kecil itu hampir sekitar 27% nilainya di Bali,” bebernya. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi, khusus di Bali sudah membaik pasca pandemi Covid-19, sehingga adanya isu kembali merebaknya Covid-19 bisa mengguncang mendunia.
“Saya sempat ke Singapura juga sebelum Covid-19 ini katanya merebak. Kalau menurut pengamatan saya, ini pertanda masyarakat sudah siap menghadapi situasi yang dikatakan bahwa Covid sedang merebak. Saya melihat faktanya Covid ini tidak seperti yang dibayangkan karena Covid ini membawa sakitnya orang itu agak lemah, jadi pada waktu pertama kali orang kena, masyarakat yang sudah mengalami banyak yang sudah kebal alami,” paparnya. Buktinya pada waktu lalu di beberapa negara merebak begitu banyaknya penderita Covir-19, namun di Indonesia justru tidak begitu besar perkembangannya yang meninggal. Hal ini menandakan ekonomi di tahun 2004 membaik asal politik stabil, dan tidak perlu bergejolak. “Walaupun ada gejolak politiknya bisa diatasi secara damai dan tentunya bisa dikendalikan. Artinya dalam pengendalian ini masyarakat bisa memilih dan siapa yang bisa dipilih oleh masyarakat dan datang ke TPS, karena saya melihat kondisi ini dibandingkan di tahun lalu walaupun adanya cawe-cawe namun masyarakat cuek terhadap masalah cewe-cawe,” ungkapnya.
Disadari masyarakat di Bali juga sudah berpengalaman dengan adanya kasus-kasus politik. Seperti belajar dari kasus pada waktu G30S di mana banyak masyarakat Bali yang terbunuh pada saat itu. “Dengan mempelajari itu istilah saya sekarang, biarlah kita yang mabuk di sini, biarlah di luar daerah yang ada masalah tapi bagaimana menjaga stabilitas politik ini tetap terjaga agar ekonomi kita juga terjaga dengan baik untuk ke depan,” sebut ARW, karena di dalam pesta demokrasi, sektor ekonomi yang sekarang dipentingkan, karena terbukti masyarakat datang ke setiap kegiatan-kegiatan politik untuk hadir dan tentunya di situ ada take and give. “Karena kehadiran masyarakat juga karena ada sesuatu yang ingin dilihat pertama adalah calon presiden yang kedua sampai di situ ada makanan atau enggak di lapangan ya kalau sudah perut berisi dan pemikiran memilih siapa yaitu pasti berjalan dengan baik,” pungkas ARW. dx/ama/ksm