LifeStyle

Asal-usul kampung Islam Angantiga Petang, ada sejak 400 tahun silam Didiami keturunan Bugis

867 Views

BADUNG, OborDewata.com – Di kampung Angantiga,Desa Petang, Kecamatan Petang terdapat satu-satunya pemukiman warga muslim di kawasan utara Kabupaten badung dan hidup berdampingan harmonis dengan warga Bali. Pendudukannya merupakan keturunan suku Bugis yang dahulu pernah mendiami pulau serangan denpasar dan telah ada sejak 400 tahun silam.

Masjid Baiturrahman Berdiri megah di lintas Denpasar menuju petang Badung, tepatnya di Kampung Angantiga,Desa Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung Bali. Masjid ini merupakan tempat ibadah satu satunya bagi umat Islam yang bertempat tinggal di kampung Angantiga Petang. Masjid Baiturrahman juga pernah mengalami pemugaran dan diresmikan pada tahun 2023,oleh Bupati Badung saat itu yaitu Nyoman giri Prasta. Berdasarkan informasi yang kami himpun dari kepala kampung Islam Angantiga Petang, M, Ramsudi, bahwasannya Kampung Islam ini merupakan satu-satunya pemukiman warga muslim di kawasan utara Kabupaten badung. Penduduknya merupakan keturunan suku Bugis yang dahulu pernah mendiami pulau serangan denpasar. Hingga saat ini jumlah penduduk muslim di kampung Angantiga Petang mencapai 142 kepala keluarga.
“Mayoritas warga islam di kampung Angantiga Petang ini berwirausaha dan sangat jarang berprofesi sebagai petani”, Tambah M,Ramsudi.

Dalam salah satu lontar di Puri Carangsari bahwasannya Pihak Puri pernah Meminta warga Bugis untuk mengamankan wilayah hutan dari gangguan kejahatan maupun mistis. Dan kampung ini bahkan telah ada kurang lebih 400 tahun yang lalu. Uniknya bahwa masyarakat asli kampung yang telah berada diluar kampung ini, mudiknya malah ke kampung angantiga di badung. Sementara Banjar Angantiga dulunya bernama amantiga atau daerah yang diamankan oleh tiga tokoh dari Bugis.

Dulu kampung Angantiga merupakan hutan belantara,yang dipercaya sangat angker, dan banyak tindakan kejahatan. Waktu itu leluhur mereka masih tinggal di puri pemecutan atau puri Badung dan puri carangsari tengah mencari bantuan untuk mengamankan wilayah kampung Angantiga dan mengutus warga Bugis tersebut.

“Angantiga dulunya bernama amantiga atau daerah yang diamankan oleh tiga tokoh dari Bugis,” sambung M.Ramsudi.

Hubungan sosial antara penduduk pemeluk Agama Hindu juga terjaga dengan baik. Bahkan penduduk muslim ini mengunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi sehari harinya. Sementara kehadiran umat Hindu Bali di wilayah Banjar Angantiga Petang, diduga sekitar 40 tahun setelah warga Bugis mendiami tempat tersebut. ri/sathya