DENPASAR, OborDewata.com – Provinsi Bali menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang harus diatasi untuk memperkuat daya tahan dan stabilitas ekonomi pada tahun 2025.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Gusti Agung Diah Utari, memaparkan sejumlah tantangan tersebut dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 yang mengusung tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional” pada Jumat (29/11/2024).
Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan pembangunan antara kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) dengan wilayah lain di Bali. “Indeks ketimpangan wilayah Bali tercatat sebesar 0,5, lebih tinggi dari standar 0,4, dan menunjukkan tren peningkatan pasca-pandemi,” ujar Diah.
Selain itu, ketergantungan tinggi Bali pada sektor pariwisata membuat ekonomi daerah ini rentan terhadap gejolak eksternal. Oleh karena itu, Diah menekankan pentingnya diversifikasi lapangan usaha untuk memperkuat daya tahan ekonomi Bali ke depan.
Meskipun Bali menunjukkan perkembangan signifikan dalam digitalisasi sistem pembayaran, tantangan masih ada pada rendahnya literasi digital masyarakat. “Indeks literasi digital Bali hanya 3,45, di bawah rata-rata nasional yang berada di angka 3,54, berdasarkan survei Kemenkominfo,” jelasnya.
Masalah lain yang disoroti adalah kurangnya integrasi rantai pasok pangan. Tingginya margin pengangkutan dan perdagangan pangan berkontribusi pada polaritas inflasi di Bali yang cukup tinggi.
Berdasarkan capaian ekonomi tahun 2024, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2025 akan sedikit melandai dibandingkan tahun sebelumnya. “Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2024 diperkirakan mencapai 5,1 hingga 5,9 persen. Namun, pada tahun 2025 diprediksi berada di kisaran 5 hingga 5,8 persen,” ungkap Diah.
Pemulihan sektor pertanian menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat menopang perekonomian Bali di tahun mendatang. Kendati demikian, Diah menegaskan perlunya sinergi antara semua pihak untuk mengatasi tantangan dan mewujudkan transformasi ekonomi yang lebih inklusif. ay/dx