DENPASAR, OborDewata.com – Dalam Sundarigama, disebutkan bahwa perayaan Galungan adalah kemenangan Dharma melawan Adharma. Dharma adalah kebenaran, sedangkan Adharma adalah lawannya. Sejatinya apa filosofi kebenaran itu? dari berbagai sumber.
Dharma dalam Bahasa Sansekerta, berasal dari kata ‘dh’ yang berarti menyangga atau yang menyangga dalam konteks dunia ini. Beserta segenap isi dan penghuninya. Yang dikenal masyarakat Hindu sebagai bhuana alit (diri sendiri) dan bhuana agung (alam semesta).
Salah satu bentuk pengejawantahan Dharma, adalah dengan menghaturkan yadnya yang tulus ikhlas. Sebagai bagian bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai pencipta, pelebur, dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Tuhan juga merupakan wujud nyata dari Dharma itu sendiri.
Dalam kitab suci Sarassamucaya sloka 12, disebutkan kutipan yang terjemahannya sebagai berikut. Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya Dharma yang dilakukan terlebih dahulu. Sebab dengan Dharma, maka niscaya artha dan kama akan diperoleh tanpa menyimpang dari Dharma.
Maksudnya adalah Dharma menjadi dasar pijakan dari pencarian artha atau harta benda dan kama (kenikmatan duniawi). Sehingga tidak menyalahi jalan kebenaran atau Dharma. Sebab dalam sloka 14, Sarassamucaya disebutkan bahwa Dharma adalah jalan untuk pergi ke surga.
Sebab Dharma adalah berasal dari Tuhan, dan menjadi jalan untuk kembali kepadaNya. Ibarat sebuah perahu, maka Dharma adalah cara untuk melewati samudera kehidupan dalam mencapai tujuan menghadap Tuhan. Tentu saja dengan Dharma ini juga adalah tujuan mencapai moksa. sha/dx