DENPASAR, OborDewata.com – Jungle Gold Bali yang merupakan produk asli lokal Bali telah diakui oleh mata dunia, hal tersebut dibuktikan dengan Jungle Gold Bali dipenghujung akhir tahun 2023 berhasil meraih tiga penghargaan internasional, dalam kategori Gourmet Argent Bali Oatmilk Junglegold Bali, Gourmet Bronze Bali Creamy Junglegold, Gourmet Bronze Bali 80% Cacao Junglegold Bali, yang diselenggarakan di Negara Prancis. Bahkan Junglegold sendiri merupakan produk coklat tanpa memakai bahan hewani dan berkonsepkan Tri Hita Karana, berbisnis tanpa merusak alam dengan hasil coklat berkualitas premium.
Co-Founder & CEO Junglegold Tobias Garrit, menjelaskan, tertariknya berbisnis coklat pihaknya melihat Negara Belgia dan Swiss yang tidak memiliki kebun cacao terkenal dengan coklat premiumnya, maka dari itu dirinya bersama istrinya Anak Agung Inda Trimafo yang asli Carangsari Mengwi Badung bertekad mengelola biji coklat lokal untuk menjadikan hasil coklat premium, dan ternyata jerih payahnya selama 13 tahun bergelut pada dunia coklat, Junglegold Bali berhasil menyabet empat penghargaan, dan 3 diantaranya mendapatkan thropy terbaik yakni, kategori Gourmet Argent Bali Oatmilk Junglegold Bali, Gourmet Bronze Bali Creamy Junglegold, Gourmet Bronze Bali 80% Cacao Junglegold Bali. Artinya dengan adanya penghargaan tersebut kualitas biji coklat Bali dan Indonesia serta produksinya dan petani lokal mampu bersaing di dunia internasional, bahkan rasa dan kualitasnya juga bersaing didunia internasional.
“Saya sangat bangga sekali coklat Indonesia bisa mendunia dan rasannya lebih enak dari coklat-coklat negara lain, dan terbukti Junglegold Bali berhasil meraih 3 penghargaan berkualitas dunia, dan saya sangat bangga sekali dengan produk lokal yang bisa bersaing di dunia internasional,” ungkapnya pada Senin (18/12/2023).
Untuk itulah, dengan produk coklat lokal Indonesia yang rasanya mampu mengalahkan kualitas internasional Tobias Garrit mendorong para petani cacao di Bali harus bangga dengan hasil kualitas hasil panennya. Hanya kini para petani cacao harus bisa mengolah produknya untuk menjadi kualitas biji cacao permium, baik itu dalam penanganan pencucian biji hingga hasil proses penjemuran, sebab di Indonesia dan Bali sendiri tumbuhan cacao bisa tumbuh sangat baik sekali, hanya tinggal penanganan tumbuhan dan hasil panen saja. Diakui Tobias Garrit produk miliknya Junglegold Bali tidak memakai bahan hewani, dan susu yang padukan untuk coklat Junglegold Bali menggunakan santan. Artinya produk coklat Junglegold Bali sangat ramah lingkungan.
“Kita produk Junglegold Bali ikut menekan emisi juga, sebab kita sangat memperhitungkan proses kesimbangan alam dan menjadi dasar pada kesimbangan perusahaan kita juga, keuntungan perusahaan juga merupakan keuntungan para petani cacao dan konsep ini kita pakai dengan berlandaskan Tri Hita Karana,” ungkapnya.
Tobias Garrit menambahkan, pihaknya dalam menggeluti biji cacao berprinsip para petani harus bangga menjadi petani cacao dan perusahaan harus maju bersama, bahkan packaging Junglegold Bali sendiri pihaknya juga menerapkan design lokal dengan berinspirasi pada lukisan kamasan Klungkung. Dan pihaknya juga melibatkan para pelukis lokal. “Design packaging kami terinpirasi pada Kamasan Klungkung, dan kita menerapkan lukisan Kamasan Modern pada packaging kami dengan melibatkan para seniman lokal kita,” tutupnya. dx/sathya