GIANYAR, OborDewata.com – Pantai Keramas, yang dikenal sebagai salah satu destinasi selancar dunia dan pernah menjadi tuan rumah ajang World Surf League (WSL) Champions Tour 2019, kini menghadapi ancaman dari rencana pembangunan proyek investasi. Proyek yang diinisiasi oleh PT Swan Rose International berupa pembangunan restoran terapung dan wisata air ini memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat setempat.
Penolakan keras terhadap proyek tersebut mencuat dalam sosialisasi yang digelar di Wantilan Pura Desa Keramas pada Minggu, 15 Desember 2024. Sosialisasi ini diprakarsai oleh Pemerintah Desa Keramas yang dipimpin Perbekel I Gusti Putu Sarjana. Acara ini turut dihadiri oleh Ketua BPD Desa Keramas, LPM, perangkat desa, Karang Taruna, serta pemangku kepentingan lainnya, termasuk Keramas Surfing Club (KSC) dan pengelola hotel serta resort di kawasan Pantai Keramas.
Sebelumnya, PT Swan Rose International melalui surat tertanggal 2 Desember 2024 kepada Bendesa Adat Keramas telah menyampaikan penjajakan terkait rencana pembangunan proyek tersebut. Namun, rencana ini mendapat penolakan keras dari pemilik dan staf Komune Resort Gianyar, yang selama ini mengandalkan aktivitas surfing sebagai daya tarik utama pariwisata di kawasan tersebut.
Dalam surat resmi yang berjudul “Pengajuan Komprehensif Penolakan terhadap Rencana Pembangunan Marina di Pantai Keramas”, pihak Komune Resort menyoroti sejumlah dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari proyek ini. Penolakan ini ditujukan kepada Kepala Desa Keramas, pihak berwenang terkait, serta pemangku kepentingan lainnya.
Lima Poin Penolakan diantaranya Dampak Lingkungan dimana Proyek ini berpotensi merusak zona energi gelombang tinggi, ekosistem terumbu lava, serta memperparah erosi pesisir. Selain itu, rencana ini dinilai tidak selaras dengan kesadaran global terhadap perubahan iklim.
kemudian dampak Sosial dan Ekonomi, dimana aktivitas restoran terapung dan wisata air dikhawatirkan akan mengancam mata pencaharian warga lokal serta merusak pariwisata selancar. Pantai Keramas, yang dikenal sebagai destinasi surfing kelas dunia, bisa kehilangan ribuan wisatawan setiap tahun.
Ancaman terhadap Budaya dan Spiritual, dimana pembangunan ini juga dinilai berpotensi merusak kawasan suci Pura Masceti, yang memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat setempat.
Aspek Kelayakan Teknik, dari sisi desain dan teknis, rencana pembangunan ini dianggap tidak layak, terutama jika dibandingkan dengan keberadaan Pelabuhan Sanur yang lebih kondusif untuk proyek serupa.
Alternatif Lebih Baik, dimana penolakan ini turut menawarkan solusi alternatif, yakni memindahkan proyek ke area perairan yang lebih tenang di utara Keramas. Area tersebut dinilai lebih aman, minim dampak lingkungan, dan tetap menguntungkan bagi investor maupun masyarakat.
“Kami menolak tegas rencana ini karena Pantai Keramas adalah salah satu lokasi selancar terbaik di dunia. Jika proyek ini berjalan, ombak selancar di Keramas bisa hilang secara permanen dan merusak industri pariwisata di kawasan ini,” ujar pihak Komune Resort. tim/dx