DENPASAR, OborDewata – Ketua DPW Srikandi Pemuda Pancasila Provinsi Bali (Srikandi PP Bali), beserta Anak Agung Istri Yuli Savita Sari, didampingi Wakil Ketua 1 DPW Srikandi PP Bali, IGAA Inten Yuliantari, ikut buka suara untuk menyampaikan kehidupan kaum perempuan yang selama ini berjuang menopang keluarga menjadi semakin sulit, akibat krisis minyak goreng yang sudah sangat tidak wajar. Pasalnya, dalam memperingati Hari Kartini pada 21 April 2022, kaum perempuan di Indonesia tidak hanya dihadapkan dengan Pandemi, tetapi juga polemik bahan pokok, terutama dari kelangkaan minyak goreng hingga naiknya harga BBM dan gas elpiji. Ketua DPW Srikandi Pemuda Pancasila Provinsi Bali (Srikandi PP Bali), Anak Agung Istri Yuli Savita Sari, didampingi Wakil Ketua 1 DPW Srikandi PP Bali, IGAA Inten Yuliantari, ikut buka suara untuk menyampaikan kehidupan kaum perempuan yang selama ini berjuang menopang keluarga menjadi semakin sulit, akibat krisis minyak goreng yang sudah sangat tidak wajar.
“Kami kaum perempuan sangat menghargai tindakan pemerintah yang konsisten bekerja di lapangan untuk memberantas penimbunan komoditi minyak goreng yang dibutuhkan oleh ibu rumah tangga di Indonesia. Namun Menteri Perdagangan yang seharusnya merumuskan Kebijakan yang tegas, tampaknya hanya lip service belaka. Tidak pernah melakukan kerja yang tegas untuk menyelesaikan krisis ini,” sentil Gek Yuli sapaan akrab pengusaha perempuan di Nusa Penida, Klungkung itu, saat dihubungi, Senin (25/4/2022).
Di tengah pandemi dan bencana alam seperti saat ini, menurutnya kaum perempuan butuh dibantu dan dilindungi oleh kebijakan, bukan malah ditakut-takuti dengan tuduhan menimbun minyak goreng di dapur. Ia menjelaskan, kondisi yang membawa kesengsaraan masyarakat, khususnya kaum ibu dan perempuan ini, sangat memprihatinkan dan tentunya mendorong pertanyaan bagaimana sikap Pemerintah? “Pemerintah dituntut oleh kewajiban konstitusional untuk memajukan kesejahteraan umum seharusnya sudah menindak pihak-pihak yang membawa kesengsaraan masyarakat ini,” tegasnya.
Seperti kelangkaan minyak goreng ini, dikatakan dapat menyebabkan berbagai masalah lainnya. Misalnya menjamurnya oknum nakal, bahkan banyak juga oknum yang menjual minyak goreng dengan harga mahal hingga tak masuk akal. Semestinya kelangkaan minyak goreng tidak terjadi, apalagi penyebab kelangkaan minyak goreng disebut karena masalah distribusi. Selain itu, juga diduga akibat adanya penyelundupan, baik dijual ke luar negeri atau ke pasar industri. “Kasus penimbunan minyak goreng ditemukan di mana-mana. Pengawasan distribusi masih belum optimal dan menyebabkan masyarakat kesulitan, meskipun di Bali tidak sampai terjadi kelangkaan minyak goreng,” sebut Gek Yuli.
Istri Ketua Umum KADIN Bali itu, meminta agar penegak hukum mengusut para oknum nakal yang memanfaatkan keadaan, sehingga membuat minyak goreng semakin langka. Perempuan berparas ayu itu, juga meminta pemerintah tegas menindak para penjual yang menjual minyak goreng di atas harga eceran tertinggi. “Tindak juga para spekulan yang menimbun dan mempermaikan harga minyak goreng. Pihak-pihak yang memainkan kepentingan rakyat harus mendapat ganjaran setimpal,” ujarnya, seraya akan turun ke pasar-pasar untuk ikut mengecek langsung stok dan harga minyak goreng. “Banyak ibu-ibu yang mengeluh saat bertemu saya di pasar, termasuk pedagang-pedagang kecil yang kesulitan mendapat stok minyak goreng,” tutupnya. sathya/nantama



