Kesehatan

Lagi-lagi Akibat Rabies, di Jembrana Seorang Anak Meninggal Setelah Digigit Anjing Peliharaan

891 Views

JEMBRANA, OborDewata.com – Desa Tegal Badeng Barat, yang biasanya tenang dan damai di sudut Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, mendadak diselimuti kesedihan mendalam. AFW, seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun, meninggal dunia pada Senin malam, 12 Mei 2025, di Rumah Sakit Umum Negara. Dugaan kuat menyebutkan bahwa ia terinfeksi rabies usai digigit anjing peliharaannya sendiri dua bulan sebelumnya.

Hari-hari terakhir bocah tersebut dipenuhi derita. Direktur RSU Negara, dr. Ni Putu Eka Indrawati, mengungkapkan bahwa AFW tiba di ruang gawat darurat sekitar pukul 19.45 Wita dalam keadaan kritis. “Ia sudah tidak sadar selama tiga hari, tampak sangat ketakutan terhadap air, dan mengalami insomnia yang parah,” ujarnya saat diwawancarai Kamis (15/5/2025).

Gejala yang dialami AFW mengarah jelas pada rabies. Ia mengalami kejang hebat dan mengeluarkan busa dari mulut sebelum dilarikan ke rumah sakit. Keluarga sempat mencoba memberi minum, namun hanya membuatnya semakin gelisah. Beberapa saat kemudian, jantung dan napasnya berhenti. Tim medis telah melakukan upaya resusitasi, namun nyawanya tak terselamatkan. Ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 23.10 Wita malam itu.

Yang menyesakkan, ternyata peristiwa gigitan anjing terjadi dua bulan sebelum kematiannya. Anjing milik keluarga menggigit betis kiri AFW, namun tidak ada tindakan medis yang diambil pascakejadian. Tak hanya itu, anjing tersebut kemudian mati dalam kurun waktu dua hingga tiga minggu setelah menggigit—salah satu indikator yang perlu diwaspadai dalam kasus rabies.

I Gede Putu Kasthama, Plt. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, menyampaikan rasa prihatin atas kejadian ini. Ia menegaskan pentingnya pelaporan sejak dini ke pusat rabies setempat. “Kalau dari awal kasus ini dilaporkan, mungkin kami bisa bertindak lebih cepat,” ujarnya.

Sebagai bentuk respons, pihak dinas akan memperkuat upaya edukasi baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat umum. Langkah-langkah pencegahan, termasuk vaksinasi darurat, juga akan terus digencarkan terutama di wilayah dengan riwayat kasus.

Berdasarkan catatan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, sepanjang Januari hingga April 2025 telah ditemukan 43 kasus rabies yang terkonfirmasi positif, dengan 23 kasus lainnya dinyatakan negatif. Sementara itu, hingga pertengahan Mei, belum ada laporan kasus baru.

Kematian tragis AFW menjadi peringatan nyata bagi masyarakat akan bahaya rabies, bahkan dari hewan yang sehari-hari dianggap jinak dan bersahabat. Langkah cepat dan kesadaran kolektif adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali. ga/sathya